Antologi Puisi Bersama Dwi Bahasa Melayu dan Inggris
Dua Puluh Puisi
Fatwa dalam Mencintai

“Cinta lahir dari rahim yang sama“

Membaca puisi-puisi yang terhimpun dalam
kumpulan Antologi puisi yang bertajuk Dua Puluh Puisi
Fatwa dalam Mencintaiyang lahir dari anak ruhaninya
para penulis dariMahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, bisa dirasakan
jika gagasan yang direnungkan, bahasa yang dikemas untuk
bentukan puisi penulis menikmati “kemerdekaan”, dengan
tema yang sama, bunga rampai dari Mahasiswa Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Puisi-puisi dalam Antologi ini tak perlu membuat
pembaca berkerut kening dalam menikmatinya. Meskipun
kita ketahui apa yang kita dapati dari membaca sebuah
puisi kecuali keriangan, dan sekaligus rasa cemas. Riang
karena pembaca akan mendapatkan semacam persfektif
dan karenanya-persepsi baru akan realitas. Cemas, karena
“realitas” baru yang dipaparkan oleh puisi belum utuh
sepenuhnya untuk dinikmati oleh pembaca, lantaran pembaca
pun tidak sampai kepada tafsir puisi yang dilahirkan sebagai
anak ruhani dari penulisnya.

Puisi-puisi dalam Antologi ini, penulis yang
membiarkan jiwa dan pikirannya terbuka bagi bisik lirih, dan
jiwa merupakan wadah bagi tajjali-nya inspirasi cinta, alam
dan manusia. Orang-orang memang tak butuh puisi untuk
berbahagia atau saling mencintai atau dicintai. Tapi untuk
mengenang, puisi lebih kuat dan dalam. Saya kira untuk
kebutuhan itulah, yakni mengenang hidup yang liris para
penulis dalam buku ini khusunya bagi Mahasiswa Pendidikan
Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung
sudah menulisnya dalam kumpulan Antologi bertajuk
Dua Puluh Puisi Fatwa dalam Mencintai. Yang barangkali
memang bukan hanya untuk mengenangnya melainkan pula
mengekalkan.

Hidup yang liris seperti juga puisi yang liris bisa memberi
kita sebuah getar, semacam perasaan terusiknya kembali rasa
kemanusiaan kita melalui hal-hal yang lumrah dan rutin. Dan
melalui puisi-puisi yang terhimpun ini sudah mengajak kita
untuk menjadi saksi atau mendengarkan seruannya dari suar
gema yang ada di dalamnya. Walaupun keutuhan puisi-puisi
yang terimpun dalam Antolgi bersama yang bertajuk Dua
Puluh Puisi Fatwa dalam Mencintai, penulisnya tidak berhenti
sebatas kumpulan saja. Para penulis puisi-puisi yang ada
dalam kumpulan ini, perlu segera melakukan hal-hal yang
lebih penting yaitu soal pendalaman tema yang sudah ada,
kemudian memasukkannya kedalam hati dan pikiran kita
hingga puisi-puisi yang akan kita yulis benar-benar menjadi
catatan atau intrepretasi bagi pembaca. Dan akhirnya saya
ucapkan selamat atas terbitnya Antologi bertajuk Dua Puluh
Puisi Fatwa dalam Mencintai, dan kitasemuatahu “ Jika cinta
lahir dari Rahim yang sama”. Salam.

Lampung, Desember 2023
Edy Samudra Kertagama
Sastrawan – Direktur Artistik Rumah Sastra Mata Dunia
dan Study Teater Kuman Lampung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *